Kunyit dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan, bahkan banyak digunakan sebagai bumbu dapur, pewarna alami, hingga minuman. Ternyata daun kunyit hingga rimpangnya bisa dimanfaatkan, simak faktanya berikut ini!
Kunyit masuk dalam tanaman famili zingiberaceae atau jahe-jahean ini dikenal sebagai rempah-rempah yang kaya manfaat terutama di bidang kesehatan.Perlu diketahui, Kunyit berasal dari India dan dapat ditemukan pula di daerah tropis sepert India, Myanmar, Indonesia, dan Thailand.
Tanaman dengan nama ilmiah Curcuma domestica ini telah lama digunakan sebagai komponen obat-obatan tradisional untuk membantu mengatasi berbagai penyakit termasuk rematik, diare, gangguan hati, demam, dan inflamasi (Prasad et al, 2011; Mishra et al, 2018). Sekitar 250 SM, kompedium Ayurveda juga mencatat penggunaan minyak yang mengandung kunyit untuk meredakan efek samping dari keracunan makanan. Selain di India, kunyit juga digunakan untuk pengobatan tradisional nyeri perut di China (Prasad et al, 2011).
Kunyit biasa hidup di lingkungan dataran rendah hingga ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Kunyit memiliki batang semu, berdaun tunggal, dan membentuk rumpun seperti semak dengan ketinggian mencapai 1,0 - 1,5 meter. Bagian dari tumbuhan kunyit termasuk daun dan rimpang kunyit dapat dimanfaatkan untuk kesehatan (Mishra et al, 2018).
Daun kunyit berbentuk lancet lebar dengan tepi rata dan ujung yang meruncing. Panjang daunnya 20-40 cm dengan lebar 15-30 cm (Hartati, 2013). Daun kunyit biasa digunakan sebagai bumbu untuk memberikan aroma dan rasa bagi masakan. Namun, beberapa penelitian menyatakan daun kunyit juga memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, dan meningkatkan sistem imun (Bhardwaj et al, 2011).
Bunga kunyit merupakan bunga majemuk, berbentuk kerucut, dan muncul dari batang semunya. Bunga kunyit memiliki panjang 10-15 cm dan berwarna putih hinga kekuningan (Hartati, 2013). Bunga kunyit biasanya dimanfaatkan sebagai lalapan.
Rimpang kunyit merupakan bagian utama dari tanaman kunyit. Rimpang kunyit memiliki kulit berwarna cokelat dengan bagian dalam berwarna kuning hingga kecokelatan. Rimpang induk berbentuk bulat panjang yang membentuk cabang seperti jari-jari yang melengkung (Hartati, 2013). Rimpang kunyit adalah bagian kunyit yang paling sering digunakan dan diolah sebagai salah satu komponen obat tradisional, salah satunya adalah olahan Jamu Kunyit Asam. Dari beberapa penilitian, diketahui rimpang kunyit memiliki potensi antiinflamasi/antiradang, antioksidan, antimikroba, antidiabetik, dan hepatoprotektif (Nasri et al, 2014; Kocadaam & ?anlier, 2017).
Ekstrak kunyit merupakan hasil ekstraksi dari rimpang kunyit. Setiap 100 g ekstrak kunyit mengandung 390 kcal, 69.9 g karbohidrat, 21 g serat, 10 g lemak total, 8 g protein, dan 3 g gula. Ekstrak kunyit juga merupakan sumber asam lemak omega-3 dan asam ?-linolenat (Prasad et al, 2011).
Lebih dari 100 komponen telah ditemukan dari ekstrak kunyit. Komponen utama dari ekstrak kunyit adalah kurkuminoid yang terdiri dari kukurmin, demetoksikurkumin, dan dihidrokurkumin yang merupakan antioksidan alami (Prasad et al, 2011).
Sistem imun merupakan suatu sistem untuk mempertahankan suatu organisme dari ancaman-ancaman dari luar tubuh organisme tersebut. Aktivasi untuk menciptakan respon imun melibatkan proliferasi dari limfosit B dan limfosit T yang melepaskan antibodi di pembuluh darah. Ketidakseimbangan respon imun dapat menyebabkan berbagai kondisi seperti alergi, penyakit autoimun, imunosurpresi, dan AIDS. Immunomodulator merupakan senyawa yang digunakan untuk menekan atau meningkatkan respon imun (Catanzaro et al, 2018).
Kurkuminoid memiliki kemampuan untuk meningkatkan respon imun melalui interaksinya dengan banyak imunomodulator seperti sel dendritik, makrofag, limfosit T dan B, serta sitokin. Ekstrak kunyit dilaporkan memiliki kemampuan menghambat TNF-? dan induksi apoptosis dengan adanya aktivitas antikanker (Catanzaro et al, 2018; Mishra et al, 2018).
Dapatkan informasi tanaman obat herbal dan kesehatan lainnya di media sosial instagram Widya Herbal Indonesia. Anda juga bisa membaca artikel lengkapnya hanya di website Widya Herbal Indonesia.
Rangkuman sumber:
Bhardwaj, Ritwiz & Bhardwaj, Kusha & Ranjeet, D. & Ganesh, Narayanan. Curcuma longa leaves exhibits a potential antioxidant, antibacterial and immunomodulating properties. International Journal of Phytomedicine. 2011. 3. 270-278.
Betül Kocaadam & Nevin ?anlier. Curcumin, an active component of turmeric (Curcuma longa), and its effects on health, Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 2017; 57:13, 2889-2895, DOI: 10.1080/10408398.2015.1077195
Catanzaro, Michele et al. “Immunomodulators Inspired by Nature: A Review on Curcumin and Echinacea.” Molecules (Basel, Switzerland) vol. 23,11 2778. 26 Oct. 2018, doi:10.3390/molecules23112778
Jigni Mishra, Anuja Bhardwaj, Kshipra Misra, Chapter 8 - Curcuma sp.: The Nature's Souvenir for High-Altitude Illness, Editor(s): Kshipra Misra, Priyanka Sharma, Anuja Bhardwaj, Management of High Altitude Pathophysiology, Academic Press. 2018, Pages 153-169, https://doi.org/10.1016/B978-0-12-813999-8.00008-2.
Nasri H, Sahinfard N, Rafieian M, Rafieian S, Shirzad M, Rafieian-kopaei M. Turmeric: A spice with multifunctional medicinal properties. J Herbmed Plarmacol. 2014; 3(1): 5-8.
Prasad S, Aggarwal BB. Turmeric, the Golden Spice: From Traditional Medicine to Modern Medicine. In: Benzie IFF, Wachtel-Galor S, editors. Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. 2nd ed. Boca Raton (FL): CRC Press/Taylor & Francis; 2011. Chapter 13. PMID: 22593922.